Salam...

Minggu, 19 Mei 2013

REFLEKSI PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL (UN) TH 2013

REFLEKSI PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL (UN) TH 2013:
 Justifikasi Kecurangan Sampai Meredukdsi Wibawa Guru

“Buat ape kite belajar serius, nanti juge kite dibantu menjawab soal ujian. Kan guru malu kalo kita tak lulus?”… Inilah kalimat yang cukup sering diungkapkan oleh anak-anak sekolah hari ini ketika akan menghadapi ujian. Sebuah ungkapan ironis dalam konteks peningkatan kualitas pendidikan nasional kita. Secara tidak langsung ini juga merupakan sikap apatis terhadap dunia belajar mengajar di Negara ini. Ungkapan diatas hanyalah salah satu kalimat yang sering diungkapkan untuk menggambarkan keseluruhan proses penyelenggaraan UN. Dalam konteks peningkatan kualitas pendidikan maka ungkapan tersebut menggambarkan sebuah fakta miris dalam system pendidikan nasional kita. Ketika individu-individu yang dihasilkan dunia pendidikan kita justru banyak yang menjadi “penghancur” moral bangsa. Ketika output system pendidikan kita sering dipertanyakan, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) justru menciptakan sekaligus mempertahankan suatu system yang penuh kontroversi dan justru semakin melemahkan nilai-nilai edukasi negara kita. Polemik penyelenggaraan Ujian Nasional sepertinya sudah menjadi tradisi tahunan untuk diperdebatkan. Disatu sisi pihak Kementerian Pendidikan Nasional dengan berbagai argumennya berusaha mati-matian mempertahankan kelangsungan penyelenggaraan Ujian Nasional. Dipihak lain para aktivis LSM, pemerhati pendidikan bahkan mungkin juga pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan UN seperti lembaga-lembaga sekolah dan masyarakat umumnya meminta agar UN tidak dilaksanakan lagi. Perdebatan ini mungkin akan terus terjadi dan tak akan berhenti selama penyelenggara UN yaitu Kemendiknas tidak mampu menemukan formula terbaik untuk melaksanakan UN. UN dalam realitasnya telah menjelma menjadi momok menakutkan bak monster dalam cerita rakyat yang selalu datang setiap tahun untuk meminta tumbal. Bukan hanya calon peserta UN yaitu siswa-siswi tingkat akhir pada level masing-masing yang menunggu dengan penuh “ketakutan” tibanya “mahluk” bernama UN ini. Mulai dari guru, kepala sekolah, para orang tua semuanya seperti alergi dengan mahluk bernama UN. Semuanya bertanya-tanya didalam hati siapa lagi yang akan menjadi tumbal tahunan?… Ketakutan-ketakutan ini kemudian menjadi berlebihan sehingga mendorong pada terciptanya berbagai siasat untuk menghindari hasil buruk. Ketakutan-ketakutan yang kemudian menjelma menjadi hantu yang selalu menggiring pada kesesatan. Kesesatan mewujud pada terkondisikannya berbagai upaya kecurangan. Kesesatan ini kemudian termanifestasi dalam wajah pembiaran kolektif dalam melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai kesucian sebuah pendidikan. Sebagai orang tua, tidak satu pun dari mereka yang mau anaknya dijadikan tumbal UN dengan alasan pendataan, standarisasi, demi peningkatan kualitas pendidikan nasional atau apapun itu. Bahkan pihak pemerintah setempat pun ikut-ikutan sibuk memberikan “pengamanan” agar kualitas pendidikan di dalam wilayah teritorial mereka tidak dicap gagal. Oleh karena itu, atas nama menyelamatkan “muka” sekolah dan pemerintah daerah setempat dilakukanlah berbagai upaya meskipun harus menciderai nilai-nilai yang justru lekat dengan dunia pendidikan itu sendiri. Dalam sebuah kasus, kepala sekolah bahkan memerintahkan siswanya yang menjadi peserta UN untuk membuka buku sewaktu berlangsungnya ujian jika siswa tersebut tidak tahu jawaban soal. “Tim Sukses” pun dibentuk untuk membantu meluluskan peserta ujian baik itu bertugas selama ujian berlangsung maupun setelah ujian. Peristiwa ini bukan lagi sesuatu yang dianggap aurat tetapi sudah mentradisi secara turun temurun. Siswa yang mengikuti ujian tahun ini pun akan mewariskan cerita “memalukan” ini pada adik kelasnya nanti. Saat masuk ke kelas 1 (satu), sang guru menanamkan nilai-nilai kejujuran. Ketika berada di kelas 2 (dua), sang pendidik pun menguatkan nilai-nilai ideal tersebut. Tapi disaat menginjakkan kaki di kelas 3 (tiga) perlahan peserta didik mengetahui bahwa apa yang pernah diajarkan gurunya tidaklah seratus persen dijaga oleh guru bersangkutan. Kegiatan belajar mengajar, pelajaran tambahan, try out seolah-olah hanya menjadi formalitas belaka. Karena toh mereka tahu bahwa nanti bila tiba masanya bantuan akan datang. Bahwa sesungguhnya para pendidik yang mengajar mereka juga menjustifikasi kegiatan contek menyontek, membuka buku kala ujian dan berbagai kecurangan lainnya dalam UN nanti. Peristiwa diatas bukanlah rekaan semata. Bukan juga cerita dari mulut ke mulut. Melainkan tragedy yang terjadi secara nyata dan memiliki validitas tinggi sebagai suatu informasi. Ibarat mutawatir dalam kaidah hukum periwatan sebuah hadis. Bahwa telah terjadi pembiaraan kebohongan massal adalah kenyataan yang tak bisa dibantah. Bahwa tergerusnya wibawa guru merupakan tragedy memilukan dalam dunia pendidikan. Bahwa semakin hilangnya kepercayaan semesta kepada dunia pendidikan adalah kondisi riil dunia pendidikan nasional kita. Bahwa 3 (tiga) tahun, 6 (enam) tahun atau bahkan lebih lama dari itu, penanaman nilai-nilai moral sebagai efek pendidikan terhapus seketika hari itu juga adalah suatu sejarah pahit yang akan terus mendiami memori kolektif anak-anak didik. Melihat realitas diatas yang begitu memilukan masih pantaskan para stakeholders dibidang pendidikan nasional bertahan dengan berbagai argument yang terkesan dibuat-buat. Bisakah hasil ujian nasional yang penuh kebohongan dijadikan barometer standar kualitas pendidikan kita? Dapatkah hasil UN yang sarat kecurangan dijadikan dasar pemetaan dunia pendidikan kita? Validkah hasil UN yang sesungguhnya lebih merupakan hasil kerja guru-guru bidang studi bersangkutan untuk dijadikan tiket masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN)? Masih pantaskah penyelenggaraan UN yang sarat nilai proyek materil dilaksanakan jika harus mengorbankan kewibawaan guru? Sejatinya masih banyak pertanyaan yang menggelayut di hati masyarakat kita. Tetapi beberapa pertanyaan diatas mungkin dapat mewakili keresahan social yang terjadi selama pelaksanaan UN. Bahwa UN memiliki dampak positif jelas iya. Tapi efek negatif yang ditimbulkan juga jelas lebih besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian lebih arif agar UN dapat menemui sasaran tanpa harus mengorbankan peserta didik dan guru. Skema pelaksanaan UN juga harus dikonstruk ulang sehingga kesan angker tidak melekat padanya. Sejatinya pun reorientasi penegakan nilai-nilai moral harus terintegrasi dalam penyelenggaraan UN. Sebagai suatu hasil olah pikir para ahli pendidikan, sebagai hasil “studi banding” dari kebijakan system pendidikan dari negeri bule sono mungkin tidak juga terlalu tepat jika UN dihapuskan begitu saja. Bahkan mungkin tetap harus ada tapi tentu dengan skema, orientasi dan paradigma yang berbeda. Dan tentunya, unsur-unsur filosofis UN yang lahir di Barat sana harus terpenuhi terlebih dahulu di negeri ini. Atau jika tidak, dunia pendidikan kita semakin jatuh, moralitas anak negeri kedepannya semakin ambruk dan Negara semakin terpuruk?!.

Kamis, 02 Mei 2013

Khutbah Jumat: Keteladanan Abu Bakar Ash Siuddiq


KETELADANAN ABUBAKAR ASH-SIDDIQ ( A.Rahman Masiga ) “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisa ; 58). Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Kini kita telah berada dalam bulan Rabiul Awwal bulan dimana kita melaksanakan Peringatan Maulid Nabi untuk menapaktilasi perjuangan Rasulullah saw. sebagai wujud kecintaan kita terhadap beliau. Rasulullah adalah manusia pilihan, tidak ada lagi mahluk yang diciptakan Allah semulia dan seagung beliau. Dalam perjuangannya menegakkan agama Allah dimuka bumi, Nabiyullah Muhammad saw juga ditemani sekumpulan manusia-manusia mulia yang menjadi karunia tersendiri bagi beliau dan juga bagi kaum muslimin sesudahnya yaitu sahabat-sahabat beliau yang sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Salah satu sahabat beliau yang sangat akrab ditelinga kita yaitu Abubakar Ash-shiddiq. Abubakar ra. adalah manusia paling mulia setelah Rasulullah saw. Mengingat Rasulullah selayaknya juga mengingat sahabat-sahabat beliau. Oleh karena itu, pada kesempatan ini khatib akan memaparkan beberapa catatan penting tentang Abu Bakar ra. yang patut diteladani oleh segenap kaum muslimin. Jamaah Jumat rahimakumullah Beberapa catatan penting tentang Abubakar ra yang patut kita teladani adalah sebagai berikut: 1. Sikap Abu Bakar terhadap berita wafatnya Rasulullah Sewaktu berita wafat Rasulullah tersiar di kota Madinah timbul kegelisahan yang hebat dikalangan umat Islam. Terlebih bagi sahabat Nabi, Umar bin Khattab, yang terkenal bertempramen keras, ia menganggap berita itu sebagai provokasi dari pihak musuh Islam yang ingin mengacau dan membuat keonaran. Dengan pedang terhunus ditangan, ia berdiri diruang depan masjid Nabawi, mengancam siapapun yang berani menyebarkan berita wafatnya Nabi akan ia bunuh. Lain halnya dengan sikap Abu Bakar Ash-Shddiq. Ia segera pergi ke rumah Aisyah tempat Nabi dirawat dan langsung menuju kamar tempat jenazah Nabi dibaringkan, dan setelah menyaksikan bahwa beliau benar-benar telah tiada, ia mencium kening Nabi, melepaskan rasa sedihnya yang dalam seraya berkata: “Oh, alangkah harumnya jasadmu wahai Nabi, baik ketika engkau masih hidup ataupun setelah engkau wafat”. Kemudian Abu Bakar kembali ke ruang mesjid Nabawi dan menyampaikan berita tentang wafatnya Nabi tanpa menghiraukan Umar bin Khattab yang berdiri sambil menghunus pedang. Abu Bakar berpidato: “Wahai kaum muslimin, dengarlah oleh kamu sekalian. Barangsiapa menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah wafat. Dan barangsiapa menyembah Allah, maka ketahuilah bahwa Allah itu kekal abadi tak mengalami kematian”. Kemudian Abu Bakar membacakan ayat Al Quran: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali Imran : 144). Ketika Umar bin Khattab mendengar ayat yang dibacakan oleh Abubakar, ia sadar bahwa Rasulullah yang sangat dicintainya itu telah wafat. Umar menangis sedih, menyesali dirinya. 2. Proses terpilihnya Abubakar menjadi khalifah Setelah Rasulullah wafat, sejarah Muslim memasuki fase khulafa Rasyidin yang berlangsung selama satu generasi. Secara berturut-turut sahabat terbaik Nabi memegang tampuk pemerintahan sebagai kepala negara yakni Abubakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Walaupun dalam penggantian khalifah tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya tidak sama tapi pada prinsipnya, pola yang dianut cenderung sama. Kepala Negara, baru sah memangku jabatannya setelah mendapat bai’at dari rakyat. Unsur pemberian kepercayaan dari rakyat justru sangat vital dalam kaitannya dengan pengukuhan jabatan. Abubakar sendiri, memangku jabatan khalifah berdasarkan pemilihan yang berrlangsung di Muktamar Saqifah Bani Sa’idah. Muktamar ini oleh kalangan ahli sejarah dinilai berlangsung sangat demokratis dan memenuhi tata cara perundingan yang dikenal oleh dunia modern saat ini. 3. Beberapa kelebihan Abubakar dari sahabat lain Beliau terpilih menjadi khalifah pertama karena kelebihan-kelebihannya, antara lain beliau adalah sahabat utama Rasulullah, dimana pada diri beliau terdapat semua persyaratan yang dikehendaki oleh semua pihak. Ia orang pertama yang memeluk Islam dari kalangan dewasa dan melalui dia beberapa tokoh lain ikut memeluk Islam. Abubakar pula yang mendampingi Rasulullah berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Ia juga mertua Nabi, dengan demikian Abubakar pun ada sangkut pautnya dengan ahlul-bait (keluarga dekat Nabi). Keagungan lain Abubakar yang sangat menonjol sebagaimana diterangkan oleh Dr. Mustafa As-Siba’iy dalam kitabnya ‘Udhama’una fit-Tarikh, adalah keimanan dan keyakinan kepada Allah dan Rasulnya yang kokoh, tiada bandingnya. Pengorbanannya, baik harta maupun jiwanya dalam menyiarkan dakwah Islam, menolong dan melindungi Nabi; Kecerdasan akalnya serta keteguhan dan ketegaran jiwanya dalam menghadapi setiap masalah besar muncul, terutama pada masa pemerintahannya. Antara lain ketika menghadapi kaum separatis dan kaum pembangkang, sikapnya tegas, mereka harus diperangi, sementara para sahabatnya keberatan. Dan yang terakhir, kebersihan dan kesucian pribadinya, sejak zaman jahiliyah tidak menyembah berhala dan tak pernah meminum-minuman keras, juga kethawadhuan dan kesederhanaan pola hidupnya meskipun beliau telah memangku jabatan sebagai khalifah, pimpinan tertinggi negara. 4. Peletak Dasar-dasar Negara Hukum Abubakar ra. Dipilih oleh rakyat dengan bebas, sukarela dan ikhlas. Ia menyadari bahwa kebenaran itu hanya dapat ditemukan dalam musyawarah yang bebas, yang didasarkan pada niat yang baik, dengan cara memperbandingkan dan menguji beberapa pendapat yang berlainan, dalam rangka mencari jalan untuk mendapatkan kebenaran. Setelah rakyat membai’atnya sebagai tanda resmi diangkat sebagai khalifah, Abubakar menyampaikan pidato yang sangat monumental. Ia antara lain berkata: “Jika aku bertindak baik dan benar maka dukung dan bantulah aku. Tetapi jika aku berbuat keliru dan salah maka tegur, perbaiki dan luruskanlah aku. Menegakkan kebenaran adalah suatu amanat, sedangkan melakukan kedustaan adalah tindakan khianat. Taatilah aku, selama aku menaati (ajaran) Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal aku tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka aku tidak berhak lagi untuk kamu taati”. Dengan perkataannya ini, Abubakar telah meletakkan dasar pemerintahan yang terbuka (open management). Dan, secara moril telah menggiring ketaatan rakyat kepada pemimpinnya selama pemimpin tersebut berada di jalur yang benar dalam arti menaati Allah dan Rasul-Nya. Benar atau salah tidak tergantung pada pendapat sepihak, baik yang berkuasa maupun rakyat yang menentang tapi dasarnya adalah hukum, yaitu tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Demikianlah Abubakar telah memberikan filosofi pemerintahan yang baik, demokratis, jujur dan adil, sesuai dengan tuntunan-tuntunan dan tata cara bernegara dan berpemerintahan yang Islami. Lebih jauh, Abubakar pun sesungguhnya telah menanam bibit-bibit hak asasi manusia (HAM) yang justru kini menjadi trend yang banyak didengung-dengungkan para aktivis kemanusiaan serta sangat banyak diidamkan oleh umat manusia untuk hudip dalam kebebasan dan kemerdekaan. Jika kita ingat bahwa Abubakar hidup pada abad ke-7 Masehi, maka berkat tuntunan dan ajaran Islam yang dianut dan diyakininya, ia telah mendahului bangsa-bangsa lain dalam penegakan hak-hak asasi manusia. Disini letaknya keluhuran dan keteladanan Abubakar yang telah meletakkan dasar yang sehat dalam pemerintahannya, sekaligus peletak dasar bagi negara modern. Tidak salah jika para sejarawan Barat, menempatkan Khalifah Abubakar ra sebagai The Great Statemen, seorang Negarawan Besar, berkat kebijaksanaannya dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Rabu, 01 Mei 2013

UJE DAN TELADAN


Ranah pemberantasan korupsi di negeri ini, termasuk unsur-unsurnya seperti para penggiat anti korupsi dan pelaku korupsi itu sendiri (kelompok yang ini tentu dengan hati berdebar-debar) atau masyarakat Indonesia pada umumnya selalu menunggu apa yang akan disampaikan juru bicara KPK pada “Jumat Neraka”. Jumat neraka merupakan istilah yang disematkan oleh media/pers tanah air merujuk pada seringnya penetapan tersangka pelaku kasus korupsi diumumkan secara terbuka pada hari Jumat. Tapi di pagi Jumat tanggal 26 April 2013 sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya umat muslim bukan dikejutkan berita tentang kasus korupsi melainkan sebuah berita duka seorang figur teladan. Yaitu berita tentang kecelakaan kendaraan roda dua yang mengakibatkan wafatnya da’i yang sangat populer yakni Ustadz Jefri al Bukhori. Rasanya sangat sedikit manusia yang sudah akil baligh di negeri ini yang tidak mengenal atau minimal pernah mendengar nama Jefri al Bukhori. Da’i yang sering dijuluki “Ustadz Gaul” ini memang merupakan muballigh yang sangat terkenal, hampir setiap hari wajahnya selalu muncul di televisi atau juga di mesjid-mesjid mengisi taushiah atau sekedar bersenandung dengan salawat. Jefri al Bukhori atau biasa disapa Uje adalah sosok yang fenomenal yang aktif dalam dunia dakwah. Beliau juga bisa dikategorikan seorang entertainer sehingga media-media di tanah air baik cetak, elektronik maupun online senang sekali memburu kabar beritanya. Uje adalah figur yang unik dan langka. Dia merupakan sosok rohaniawan yang mampu keluar dari pakem baku dari predikat yang disandangnya. Bahwa seorang ulama/ustadz harus selalu tampil dengan sorban, kopiah/peci, jubah atau sarung dengan baju muslim dan berbagai “pernak-pernik” yang justru tidak pernah diharuskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tapi, beliau tampil dengan serba berbeda. Meminjam istilah Iwan Fals, beliau justru membongkar semua tradisi kaku seperti diatas. Seringkali kita jumpai Uje tanpa kopiah apalagi sorban kecuali hanya syal yang melingkar dilehernya. Busana beliau meskipun bernuansa muslim tapi dimodifikasi seindah mungkin sehingga kemudian menjadi trade mark-nya. Bahkan mampu mendorong anak-anak remaja dan pemuda muslim senang dan bangga memakai baju koko, tentunya baju atau busana muslim ala Ustadz Jefri. Beliau pun tetap memelihara janggut tapi tidak terlalu panjang dan selalu dirapikan, sehingga jauh dari kesan angker. Sehingga tradisi berjanggut yang memang disunnahkan semakin disukai oleh anak-anak muda. Beliau juga pencinta moge (motor gede) yang acapkali dianggap tidak pantas digunakan oleh seorang yang berstatus ustadz. Beliau memang pribadi yang fashionabel namun tanpa meninggalkan karakternya sebagai muslim sejati yang taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya. Secara tradisional banyak orang naif berpikiran bahwa seorang ustadz tidak baik menggunakan pakaian seperti yang dikenakan oleh Uje semasa hidupnya. Tapi lihatlah disekeliling kita, betapa banyak orang yang bersorban, mengenakan peci, memakai jubah dan lain-lainnya. Kemudian mereka diberikan gelar ustadz/ulama oleh masyarakat setempat tapi di satu sisi justru mereka terlibat dalam berbagai kasus korupsi, kolusi, manipulasi, permainan proposal dana APBD/APBN. Terus mengejar kekuasaan, materi dengan segala keserakahan nafsu duniawi. Bahkan diantara mereka ada yang terlibat dengan kasus perselingkuhan atau perkelahian antar kelompok jamaah. Nauzubillahi min zalik. Kalau sudah begini masih pantaskah kita berpandangan sempit tentang persepsi lahiriah seorang ulama/ustadz?. Uje telah memberikan teladan yang sangat berarti bahwa makna seorang ulama bukan pada pakaiannya. Faktor keagungan seseorang bukanlah dilihat dari segi fisik atau lahiriahnya. Seorang agamawan bukanlah mereka yang mengedepankan nafsu rendah badani. Tetapi ulama harus dimaknai sebagai orang yang berilmu dan sekaligus memanifestasikan ilmunya dalam kesehariannya. Bahwa kemuliaan seseorang terletak pada kebersihan jiwanya yang tak bisa dinilai secara lahiriah. Bahwa kereligiusan seseorang adalah dengan mengutamakan kesucian bathiniahnya. Bukankah Sang Sumber Teladan Muhammad saw, telah menunjuk kedadanya ketika mengatakan bahwa iman itu ada disini?... Dalam beberapa kali taushiyahnya, Uje acapkali mengatakan ungkapan “saya yang berbicara ini tidaklah lebih baik dari kalian yang mendengar”. Beliau pun dalam salah satu acara dakwah di televisi menunjukkan kekurangsetujuannya dipanggil dengan sebutan Al Mukarram. Sebuah gelar yang biasanya disematkan kepada para ustadz. Ini sekali lagi menunjukkan kerendahan hati beliau. Sifat seperti ini juga sangat pantas untuk diteladani oleh semua orang dari berbagai status sosial. Uje pun telah berhasil mengajak banyak entertainer untuk berhijab, mendorong anak-anak muda negeri ini untuk mencintai pakaian muslim dan menunjukkan ciri-ciri ke-Islam-an lainnya. Uje juga mampu meretas persepsi busana muslim itu kaku. Uje sukses menghilangkan kesan eksklusif seorang ulama/ustadz karena–kali ini meminjam istilah judul sinetron- ustadz juga manusia. Uje telah menyampaikan kepada semesta bahwa kita bebas menggunakan karunia keindahan yang diberikan oleh Yang Maha Indah selagi dalam batas-batas syar’i. Bahwa dengan menutup aurat tidaklah harus jauh dari kesan fashionebel. Bahwa memperlihatkan identitas muslim melalui busana tidaklah harus ketinggalan zaman. Dan, bahwa dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara yang lebih membumi dan justru mampu diterima audien dengan baik. Seandainya saja, Uje diberi kesempatan untuk terus menghirup udara di dunia fana ini dan melanjutkan dakwahnya maka mungkin saja efek social yang ditimbulkan oleh skema religiusitasnya akan semakin meluas dan berdampak positif lebih tinggi. Seandainya saja, -sekali lagi hanya berandai-andai- Uje ditakdirkan berumur panjang mungkin saja para kaum tua nanti juga lebih senang menampakkan ke-Islam-an dalam berbusana yang tentunya khas Uje. Oleh karena kekaguman mereka kepada ustadz teladan ini. Hingga mereka bangga mengikuti gaya hidupnya. Sayang sekali, Hamba Allah yang telah meninggalkan contoh sikap hidup yang baik ini terlalu cepat pergi menghadap Penciptanya. Mungkin, banyak da’i-da’i bermunculan dengan menggunakan pakem gaul tapi Uje adalah pribadi yang berbeda. Atau, mungkin ada Uje-uje yang lain, yang berdakwah dengan menggunakan pendekatan yang hampir mirip tapi mereka jauh dari gemerlapnya dunia entertainment yang jauh dari media pemberitaan. Sehingga teladan mereka tidak meluas keseluruh pelosok negeri. Selamat jalan Uje. Semoga Allah mentakdirkan ada penerusmu baik itu dari trahmu maupun berasal dari saudara seiman. Selamat jalan Ustadz. InsyaAllah khusnul khatimah. Semoga arwahmu bersama para Nabi dan Rasul serta para wali-wali Allah. Selamat jalan saudaraku...

Kamis, 14 Maret 2013

Khutbah Jumat: Akhlaq Mulia adalah Sasaran Dakwah Rasulullah SAW


Suatu ummat akan abadi dan jaya

Bila budi akhlaq masih ada padanya
            Ummat itu akan hancur dan binasa
            Bila akhlaq dan budi telah tiada.

Begitu bunyi madah penyair Mesir yang bernama Syauqi Bey.
Hal ini sejalan dengan hadist Rasulullah saw yang terkenal:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”.

Seterusnya silahkan download disini!...



Download Button

Senin, 11 Maret 2013

Proposal Budi Daya Ikan Tambak

Salam Blogger...
Di hari Nyepi ini aku ingin membagikan proposal tambak ikan. Bagi yang memerlukan silahkan download dengan meng-klik dibawah ini!

Download Button

Kamis, 07 Maret 2013

Post Hegemony XIV: Laa haula walaa quwwata ilabillahil aliyyil adhiim


       Setelah khalwat  selama enam  hari di ruang samping mushola, pada malam hari ketujuh Obeth keluar menemui Guru  Sufi yang sedang duduk di teras mushola ditemani Sufi tua, Sufi Sudrun, Sufi Kenthir, Dullah, dan Sukiran. Dengan suara bergetar Obeth  mengucap salam dan berkata kepada  Guru Sufi,”Saya sudah menemukan Kebenaran dari semua yang sudah pernah  Mbah Kyai sampaikan. Saya sadar, selama ini pikiran dan jiwa saya sangat dihegemoni oleh dogma, doktrin dan mitos masyarakat awam  yang diyakini banyak orang sebagai suatu kebenaran  umum.”
    Guru Sufi tersenyum dan berkata,”Apa itu tentang Kebenaran faktual di balik kalimat Laahaula walaaquwwata ilabillahil aliyyil adhiim?”
    “Benar sekali, Mbah Kyai,” sahut Obeth dengan nafas naik turun.
    “Apa yang telah sampeyan alami selama khalwat sampai sampeyan menyadari Kebenaran kalimah Laa haula walaa quwwata ilabillahil aliyyil adhiim yang bermakna “tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung?” tanya Guru Sufi.
    “Ee sewaktu saya tenggelam dalam kekhusyukan  tanaffus dan tadzakkur,” ungkap Obeth menjelaskan,”Saya tiba-tiba merasakan bagaimana jantung saya berdetak, saya juga merasakan bagaimana keluar dan masuknya nafas serta getaran dari aliran darah saya. Saya merasakan itu semua Mbah Kyai.”
    “Setelah itu?” tanya Guru Sufi dengan suara ditekan.
    “Tiba-tiba saya merasakan ada sesuatu di kedalaman jiwa saya yang mengungkapkan fakta tentang bagaimana  detak jantung saya  ternyata berdetak sendiri tanpa bisa saya kendalikan. Saya terkejut dan sadar akan kenyataan faktual itu. Tetapi sesuatu di kedalaman jiwa saya itu mengungkapkan  kenyataan faktual tentang  keluar dan masuknya nafas saya yang  ternyata tidak bisa saya kendalikan,” kata Obeth bergetar.
    “Setelah itu?”
    “Sesuatu di kedalaman jiwa saya itu terus mengungkap kenyataan-kenyataan faktual yang tak tersanggah bahwa kita itu sejatinya tidak memiliki daya dan kekuatan apa pun, bahkan sekedar daya dan kekuatan untuk mengatur segala sesuatu yang melekat pada diri kita,” kata Obeth menenangkan diri.
    “Setelah sadar bahwa sampeyan tidak bisa mengatur detak jantung dan tidak pula bisa mengatur keluar dan masuknya nnafas, apalagi kesadaran yang sampeyan capai?” tanya Guru Sufi.
    “Sesuatu di kedalaman jiwa saya mengungkapkan bagaimana saya tidak punya daya dan kekuatan untuk  mengatur tumbuhnya rambut di kepala saya, tumbuhnya kumis dan janggut saya, tumbuhnya alis mata saya. Saya juga sadar bahwa saya ternyata tidak punya daya dan kekuatan untuk mengatur tumbuhnya kuku di jari tangan dan kaki saya. Saya sadar bahwa saya tidak punya daya dan kekuatan untuk mengatur sirkulasi darah dan unsur-unsur kimiawi di tubuh saya. Semua yang ada di dalam tubuh fisik saya bergerak dan berjalan sendiri di luar kontrol dan kendali saya,” kata Obeth menjelaskan.
    “Padahal selama ini bagaimana pandangan sampeyan?”
    “Seperti umumnya orang-orang yang pikirannya terhegemoni pandangan awam yang naif bahwa diriku adalah milikku yang kugerakkan sesuai keinginan dan kehendakku,” kata Obeth tegas,”Dan itu ternyata keliru dalam memaknai Kebenaran faktual.”
    “Berarti selama ini samnpeyan ikut pandangan “Aku” yang diagungkan Chairil Anwar ya?”
    “Tepat sekali Mbah Kyai,” sahut Obeth,”Selama ini saya meyakini kebenaran “Aku”-nya Chairil Anwar yang berkhayal seolah memiliki daya dan kekuatan untuk menentukan jalan hidup sendiri sebagai manusia eksistensialis. Dan ternyata, pandangan dan keyakinan saya itu tidak benar secara faktual.”
    “Jadi yang Benar secara faktual sekarang ini menurut apa?” tanya Guru Sufi
    “Laa haula walaaquwwata ilabillahil aliyyil adhiim.”
    Para sufi bertepuk tangan dan satu demi satu saling menyalami Obeth yang dinilai telah memperoleh kenaikan maqam ruhani karena telah berhasil mencapai kesadaran yang berbeda dengan kesadaran seumumnya masyarakat. Namun untuk maqam itu, Obeth belum diberi gelar khusus sebagai sufi meski Dullah sudah mengusulkan gelar “Sufi Koming” untuknya.           

 Tulisan ini bersumber dari Sahabat Agus Sunyoto

Rabu, 06 Maret 2013

Khutbah Jumat: Perenungan Diri Setelah Maulid Nabi

Assalamu'alaikum...
Tiba saat memposting konsep khutbah yg insya Allah jg akan saya bacakan besok. Berikut intisarinya:
Rasulullah adalah figur yang lengkap yang sangat dan harus kita teladani. Peringatan Maulid Nabi yang sudah banyak berlalu tahun ini seharusnya menjadi momentum untuk merenungi apakah kita termasuk ummatnya yang menjadikan beliau tauladan dalam hidup. Apapun profesi dan pekerjaan kita selama itu dalam konteks kebaikan maka rujukan moralnya adalah Rasulullah saw. Bukankah didalam Al Quran pun Allah menjelaskan bahwa Rasulullah adalah tauladan terbaik?... selanjutnya silahkan Akhi/Sahabat/Saudara/Bapak untuk mengklik link downloadnya dibawah ini:

Khutbah Jumat: Perenungan Diri Setelah Maulidurrasul Download Button

Download gratis contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Karya Ilmiah (KI)

Met malam blogger....
Malam ini aku ingin bagi2 file Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi yang minat silahkan download dibawah ini:
Pilih trus klik dibawah ini ya!.. 

Penelitian Tindakan Kelas mapel MatematikaDOWNLOAD
Penelitian Tindakan Kelas mapel PKnDOWNLOAD
Penelitian Tindakan Kelas mapel Bahasa IndonesiaDOWNLOAD
Penelitian Tindakan Kelas mapel IPSDOWNLOAD
Contoh-contoh Judul Penelitian Tindakan KelasDOWNLOAD
Contoh-contoh Judul Penelitian Tindakan KelasDOWNLOAD

Semoga Bermanfaat. Salam...



Senin, 04 Maret 2013

SIAPA YANG DIINGINKAN KAPITALISME?


Menelusuri Sosok Calon Presiden 2014-2019 Yang Akan Dijagokan Kapitalisme

Negara ini memang telah berusia diatas 67 tahun. Seharusnya  diusia itu kemandirian negara tidak lagi dipertanyakan. Tapi berbeda dengan negara kita, diusia yang sudah memasuki usia senja itu, negara kita seharusnya sudah mandiri, rakyatnya pun sudah bisa berpikir mandiri. Artinya sudah dapat menentukan keputusannya sendiri. Tanpa harus “digiring” oleh keinginan sekelompok orang baik itu dari luar maupun dari dalam bangsa ini.
Sudah seharusnya kita memilih pemimpin berdasarkan keputusan kita sendiri, dengan kearifan cara pandang masyarakatnya sendiri. Rakyat tahu apa yang diinginkannya. Rakyat mengerti bagaimana figur pemimpin yang bisa membawanya bisa lebih sejahtera. Setidaknya pemimpin yang tidak membuatnya antri membeli beras, antri membeli BBM, bisa menikmati tempe dan berbagai kebutuhan primer lainnya.
Tapi negara kita memang adalah bagian dari sebuah sistem dunia yang keras. Dimana “kekerasan” ini tercipta karena nafsu serakah para penganut kapitalisme dan hedonisme. Imperialisme kapitalis memang tidak pernah ikhlas menyerahkan kemerdekaan dan kedaulatan sejati untuk rakyat Indonesia bahkan negara-negara lainnya. Mereka terus menancapkan kuku-kukunya disemua belahan dunia melalui agen-agen yang tidak kasat mata.
Di usia 67 tahun lebih ini, negara kita telah mengalami 6 kali pergantian presiden dengan 6 karakter yang berbeda juga. Karakter setiap presiden selalu diinginkan sejalan dengan kehendak para imperialisme kapitalis. Jika tidak maka pemimpin tersebut biasanya tidak akan bertahan lama. Lihatlah! Soekarno yang begitu gagah dengan konsep nasionalismenya, akhirnya tidak mampu melawan hegemoni kapitalis yang memang sangat jatuh cinta dengan sumber daya yang ada di Indonesia. Melalui restu kaum kapitalis Soeharto naik bertahta menggantikan Soekarno. Melihat sepak terjangnya selama 32 tahun berkuasa, Soeharto merupakan sosok yang dijadikan penjaga kepentingan kapitalis di bumi pertiwi ini. Ketika Pak Harto sudah dianggap tak mampu lagi menjaga kepentingan para kapitalis (khususnya pihak asing), maka dengan menyerang sendi-sendi perekonomian Indonesia Pak Harto pun harus lengser keprabon.
Dimasa transisi, naiklah Habibie menggantikan Soeharto –yang memang ketika menjadi wakil presiden tentunya telah mendapat restu. Mungkin bukan murni persoalan like and dislike oleh imperialisme karena Habibie rupanya juga mendapatkan resistensi yang kuat dari sebagian besar rakyat yang masih memasuki fase sangat anti dengan hal-hal yang berbau orde baru sehingga tidak dapat melanjutkan kepemimpinannya untuk periode ke-2. Pasca Habibie, keadaan memang seolah susah dikendalikan oleh para kapitalis karena bersatunya seluruh elemen pro demokrasi. Sehingga keinginan kapitalis berbeda dengan hasil para wakil rakyat di Senayan yang saat itu “terpaksa” mengambil jalan tengah. Sehingga dipilihlah Gus Dur untuk menjadi presiden mengalahkan Megawati yang sejatinya lebih disukai oleh kaum kapitalis.
Keberadaan Gus Dur yang sejak dulu membawa energi perlawanan kepada imperialisme kapitalis asing membuat golongan penjajah ini tidak nyaman menjalankan segala kepentingannya di bumi pertiwi ini. Meskipun secara substansi Gus Dur telah membuat banyak perubahan bagi negara ini menuju negara demokrasi tapi dia tetap menghadapi rongrongan. Sehingga melalui rekayasa politik yang tinggi Gus Dur harus tumbang dan digantikan orang yang dulu pernah dikalahkannya, Megawati. Pergantian kepemimpinan ini membuat para kaum kapitalis baik asing maupun lokal sedikit bernafas lega dan mampu melakukan konsolidasi untuk mempersiapkan “Sang Penjaga Baru” yang lebih kooperatif dengan kepentingan mereka sekaligus  figur yang lebih bisa diterima oleh rakyat.
Kemudian, dibuatlah opini untuk membentuk persepsi masyarakat bahwa SBY adalah sosok yang paling ideal untuk memimpin negara ini. Hasil pemilu pun sangat sesuai dengan keinginan mereka. Bahkan sampai dua kali, SBY tetap terpilih secara meyakinkan dan dianggap memiliki legitimasi yang kuat dari rakyat.
Kini, setelah SBY tidak dapat lagi melanjutkan “tugasnya”, telah banyak tokoh yang muncul kepermukaan untuk “ditawarkan” kepada rakyat sebagai penggantinya. Sangat susah menebak karena tingkat eskalasi politik yang sangat tinggi saat ini. Dimana banyak partai politik besar mengalami perpecahan dan guncangan. Nasdem yang dulu sempat dianggap memiliki kans untuk berkuasa tapi juga mengalami perpecahan internal. PKS yang sebenarnya juga masuk dalam sistem yang diinginkan kapitalis, kini kekuatannya direduksi agar tidak betul-betul menjadi besar. Demokrat yang dulu dijadikan kendaraan politik kaum kapitalis kini juga mengalami guncangan hebat pasca ditetapkannya mantan ketua umumnya Anas Urbaningrum menjadi tersangka oleh KPK.
Kita masih menanti siapa yang diinginkan para kaum komsumtif ini. Kita berharap rakyat harus bisa menilai kecendrungan penggiringan para kapitali Dus,  jangan dituruti!. Karena kita pemilik bangsa ini? Bukan mereka..... MERDEKA!!!. 

NEGERI SEJUTA KONSPIRASI



Sebuah Catatan Kecil tentang Proses Rekrutmen Penyelenggara Pemilu di Kecamatan

Judul  diatas sepertinya mengesankan suatu keadaan “mengerikan”  tentang sebuah Negara. Ironisnya Negara yang dimaksud adalah Negara yang penduduk muslimnya terbesar di dunia, Negara yang selalu mengedepankan prinsip kebersamaan – kata Bung Hatta, inilah karakter bangsa yang karena itu sangat cocok dengan prinsipm ekonomi koperasi -, negeri yang terkenal dengan keramahtamahannya.
Hampir semua orang yang sudah berakal di negeri ini mahfum jika Negara ini sangat kental dengan praktek konspiratif di semua lini kehidupan. Sehingga hampir-hampir tidak ada ruang untuk mengedepankan kapasitas individu dan kualitas moral dalam sebuah perebutan posisi-posisi strategis bahkan ditingkat pemerintahan terkecil sekalipun.  Dan, inilah yang membuat saya sedikit “terkejut” karena saya berpikir bahwa praktek konspiratif hanya terjadi di level yang tinggi kecuali hanya sebagian kecil di level bawah. Tapi rupanya konspirasi memang telah tersistem dinegara ini sehingga hipotesa bahwa Negara ini merupakan Negara yang penuh konspirasi  menjadi kenyataan.
Penulis tahu, bahkan mungkin semua orang untuk menjadi anggota penyelenggara pemilu atau Komisi Pemilihan Umum (KPU) baik nasional maupun daerah integritas, kapabilitas serta kapasitas saja tidaklah cukup untuk mengantarkan seseorang menjadi anggota KPU. Tapi, kita pun tahu bahwa sebelum menjadi “pemenang”  proses seleksi yang ketat harus dilalui terlebih dahulu. Mulai dari tes tertulis, lisan kemudian uji public. Artinya sebelum melakukan lobi untuk menjadi anggota KPU/KPUD terpilih seseorang harus terlebih dahulu dinyatakan sebagai terbaik 10 besar. Sehingga orang-orang yang terpilih nanti betul-betul orang yang minimal punya kapasitas terbaik.
Hal ini sangat berbeda untuk menjadi Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yang terkesan proses rekrutmennya asal-asalan, sekedar formalitas belaka –padahal PPK merupakan ujung tombak penentu pemilu yang jurdil, merekalah yang mengelola data dilapangan-. Tidak ada tes tertulis pemahaman seseorang tentang pemilu. Tes lisan (interview) dengan pertanyaan ala kadarnya seperti apa makna integritas, apa tugas PPK, bagaimana membangun kerja sama diantara anggota, pendidikannya apa, berapa jumlah desa di kecamatan bersangkutan dan mungkin sedikit ngobrol-ngobrol tentang pengalaman dalam pelaksanaan pemilu. Seseorang yang berpendidikan S1 hampir pasti bisa menjawabnya dengan lugas kecuali yang lulus dengan nilai “beli” atau nilai konspirasi juga…
Tapi, bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dengan baik tidaklah cukup membantu tanpa adanya lobi atau masuk dalam jejaring konspirasi. Lihatlah, bagaimana ketika seorang eks ketum organisasi mahasiswa berkelas provinsi, eks aktivis organisasi pergerakan berkelas nasional, mantan pengurus KNPI provinsi tidak lulus “hanya” dalam pemilihan anggota PPK hanya karena tidak melakukan lobi secara massif... Dan, ironisnya orang-orang yang “mengalahkannya” juga bukanlah pribadi-pribadi dengan kapasitas besar atau orang-orang yang mengerti mengelola pemilu yang  demokratis!?...
Jawabnya: karena Negeri ini bukan untuk mereka yang memiliki kapasitas mumpuni kecuali mau masuk dalam jejaring konspirasi yang telah membudaya…
Pebenaan, 19 Februari 2013.

PUISI: Balada Sang Pemburu

Setelah sekian lama gak memposting, kini aku ingin hanya sekedar sharing rasa dihati ini melalui sepenggal puisi...

BALADA SANG PEMBURU 
Karya: Rahman Masiga 

Saat kumulai memandang dunia
Ku membayangkanmu
Saat mentari mulai menyinari cakrawala
Ku lalu mengejarmu
Saat mentari lurus diatas kepalaku
Ku terus memburumu
Saat mentari mulai memerah ku masih menerawangmu
Bulan pun mengganti tugas sang surya
Tapi ku tetap merinduimu
Ketika mimpi telah mendekapku
Kau seolah hadir didalamnya
Kini diparuh waktuku
Kau belum jua hadir
Aku begitu rindu kau mengakrabiku
Kini kumulai menua
Sang Penentu Takdir belum membawamu ke ujung pemburuanku
Aku begitu rindu kau nyata
Ku pun terus memburumu
Tapi lawanmu yang ku setubuhi
Belantara Riau, 21 Februari 2013

Selasa, 15 Januari 2013

SOSOK AHMADINEJAD YANG MENAKJUBKAN


Biografi Singkat
Mahmud Ahmadinejad atau bisa dibaca Ahmadinezhad (bahasa Persia: محمود احمدینژاد ; lahir di Aradan, Iran, 28 Oktober 1956; adalah Presiden Iran yang keenam dan memperoleh 61.91% suara pemilih pada pilpres Iran tanggal 24 Juni 2005. Jabatan kepresidenannya dimulai pada 3 Agustus 2005. Ia pernah menjabat wali kota Teheran dari 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005 waktu ia terpilih sebagai presiden. Ia dikenal secara luas sebagai seorang tokoh konservatif yang sangat loyal terhadap nilai-nilai Revolusi Islam Iran, 1979.

Bergabung dengan Imam Khomeini 
Pada masa Perang Iran-Irak, Ahmedinejad bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam pada tahun 1986. Dia terlibat dalam misi-misi di Kirkuk, Irak. Dia kemudian menjadi insinyur kepala pasukan keenam Korps dan kepala staf Korps di sebelah barat Iran. Setelah perang, dia bertugas sebagai wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasehat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam, dan gubernur provinsi Ardabil dari 1993 hingga Oktober 1997.

Pribadi Menakjubkan 
Mahmoud Ahmadinejad Presiden Iran saat ini patut menjadi teladan, ketika di wawancarai oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya: "Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?" Jawab Ahmadinejad: "Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya:"Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran ." Berikut adalah gambaran Ahmadinejad, yang sangat menakjubkan:

  • Saat pertama kali bekerja di kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid-masjid di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan. 
  • Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruangan tersebut dan menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive. 
  • Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya 
  • Di bawah kepemimpinannya, ia meminta menteri-menterinya untuk datang kepadanya dan menteri-menteri tersebut akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri-menterinya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri-menteri tersebut berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak. 
  • Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu-satu nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya. 
  • Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250. Gaji inilah cuma yang diambilnya.
  • Sebagai tambahan informasi, Ahmadinejad masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimiliki seorang presiden dari negara yang penting negara dalam keadaan baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan. 
  • Ahmadinejad tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya. 
  • Satu hal yang membuat kagum staff kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan ia menikamtinya, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden. 
  • Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi. 
  • Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri-menterinya untuk mendapatkan info tentang kegiatan dan efisiensi yang sudah dilakukan, dan ia memangkas protokoler istana sehingga menteri-menterinya dapat masuk langsung ke ruangannya tanpa ada hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan seremonial upacara seperti karpet merah, sesi foto, atau publikasi pribadi, atau hal-hal seperti itu lainnya saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya. 
  • Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut. Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden? Tentu tidak. Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal-pengawal nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi. Menurut koran Wifaq, foto-foto yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian dipublikasikan oleh media massa di seluruh dunia, termasuk Amerika. 
  • Presiden Mohammad Khatami pernah melarangnya menghadiri pertemuan Dewan Menteri, suatu hak yang biasa diberikan kepada para wali kota Teheran. Hal ini dikarenakan pada waktu Khatami menuju Universitas Teheran, Khatami terjebak macet. Khatami mengkritik Ahmadinejad yang saat itu menjabat wali kota Teheran. Namun bukannya tergesa-gesa membereskan masalah tersebut, Ahmadinejad justru berkata: "Bersyukurlah karena presiden kita telah merasakan kehidupan rakyatnya yang sesungguhnya". Namun Ahmadinejad tetap santai menghadapi larangan tersebut. Beda sekali dengan walikota/bupati di Indoensia yang sangat tak bernyali jika harus berhadapan dengan menteri saja. 
  • Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka. Seorang presiden pun jika datang terlambat tetap harus berada dibelakang. 
  • Bahkan ketika suara azan berkumandang, ia langsung mengerjakan sholat di manapun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet biasa. 
  • Kala bertamu ke Baitullah, meskipun ia mendapat undangan dari Raja Abdullah, Raja Saudi, namun ia dengan rendah hati menolaknya. Ia lebih memilih naik haji dengan mobil biasa, yang lebih menakjubkan yaitu dengan mobil bak terbuka (pick-up). Ini bukanlah sekedar cari-cari sensasi untuk mendapatkan simpati publik karena jelas ini bukanlah kali pertama penolakan yang pernah dilakukan oleh pemimpin Iran ini. Penolakan-penolakan fasilitas kenegaraan pun pernah di tolaknya. Hal yang sangat langka yang bisa ditemukan dari seorang pemimpin. 
  • Ia juga tidak mau bersalaman dengan wanita yang bukan muhrimnya, cukup menundukan kepala sebagai rasa hormat. 
Seberapa sederhanakah Ahmadinejad?
Konon ketika beliau sudah menjabat sebagai walikota Teheran yang memiliki populasi lebih besar daripada Jakarta ia masih tampil dengan sepatu yang bolong-bolong. Ia menyapu jalanan Teheran dan bangga dengan itu. Sampai sekarang pun ia masih tampil dengan kemeja lengan panjang sederhana sehingga jika kita tidak mengenalnya dan bertemu dengannya kita tidak akan pernah mengira bahwa beliau adalah seorang presiden. Ya presiden dari sebuah negara besar. Sebelum menjabat sebagai presiden Iran beliau adalah walikota Teheran, periode 2003-2005. Teheran, ibukota Iran, kota dengan sejuta paradoks, memiliki populasi hampir dua kali lipat dari Jakarta, yaitu sebesar 16 juta penduduk. Untuk bisa menjadi walikota dari ibukota negara tentu sudah merupakan prestasi tersendiri mengingat betapa Iran adalah negara yang dikuasai oleh para mullah. Ia bukanlah ulama bersorban, tokoh revolusi, dan karir birokrasinya kurang dari 10 tahun. Beliau tinggal di gang buntu, maniak bola, tak punya sofa di rumahnya, dan kemana-mana dengan mobil Peugeot tahun 1977. Penampilannya sendiri jauh dari menarik untuk dijadikan gosip, apalagi jadi selebriti. Rambutnya kusam seperti tidak pernah merasakan shampo dan sepatunya itu-itu terus, bolong di sana-sini, mirip alas kaki tukang sapu jalanan di belantara Jakarta. Nah! Kira-kira dengan modal dan penampilan begini apakah ia memiliki kemungkinan untuk menjabat sebagai walikota Depok saja, umpamanya? Atau mungkin bupati Inhil atau anggota DPRD saja?... Dalam tempo setahun pertanyaan tentang kemampuannya memimpin terjawab. Warga Teheran menemukan bahwa walikotanya sebagai pejabat yang bangga bisa menyapu sendiri jalan-jalan kota, gatal tangannya jika ada selokan yang mampet dan turun tangan untuk membersihkannya sendiri, menyetir sendiri mobilnya ke kantor dan bekerja hingga dini hari sekedar untuk memastikan bahwa Teheran dapat menjadi lebih nyaman untuk ditinggali. "Saya bangga bisa menyapu jalanan di Teheran",katanya tanpa berusaha untuk tampil sok sederhana. Di belahan dunia lain sosoknya mungkin dapat dijadikan reality show atau bahkan aliran kepercayaan baru. Sejak hari pertama menjabat ia langsung mengadakan kebijakan yang bersifat religius seperti memisahkan lift bagi laki-laki dan perempuan (ini tentu menarik hati para wanita di Teheran), menggandakan pinjaman lunak bagi pasangan muda yang hendak menikah dari 6 juta rial menjadi 12 juta rial, pembagian sup gratis bagi orang miskin setiap pekan, dan menjadikan rumah dinas walikota sebagai museum publik! Ia sendiri memilih tinggal di rumah pribadinya di kawasanNarmak yang miskin yang hanya berukuran luas 170 m persegi. Ia bahkan melarang pemberian sajian pisang bagi tamu walikota mengingat pisang merupakan buah yang sangat mahal di Iran dan bisa berharga 6000 rupiah per bijinya. Ia juga menunjukkan dirinya sebagai pekerja keras yang sengaja memperpanjang jam kerjanya agar dapat menerima warga kota yang ingin mengadu. Namun salah satu keberhasilannya yang dirasakan oleh warga kota Teheran adalah spesialisasinya sebagai seorang doktor di bidang manajemen transportasi dan lalu lintas perkotaan. Sekedar untuk diketahui, kemacetan kota Teheran begitu parahnya. Tetapi secara dramatis ia berhasil menekan tingkat kemacetan di Teheran dengan mencopot lampu-lampu di perempatan jalan besar dan mengubahnya menjadi jalur putar balik yang sangat efektif. Setalah menjabat dua tahun sebagai walikota Teheran ia masuk dalam finalis pemilihan walikota terbaik dunia World Mayor 2005 dari 550 walikota yang masuk nominasi. Hanya sembilan yang dari Asia, termasuk Ahmadinejad. Tapi itu baru awal cerita. Pada tanggal 24 Juni 2005 ia menjadi bahan pembicaraan seluruh dunia karena berhasil menjadi presiden Iran setelah mengalahkankan ulama-cum-militer Akbar Hashemi Rafsanjani dalam pemilihan umum. Bagaimana mungkin padahal pada awal kampanye namanya bahkan tidak masuk hitungan karena yang maju adalah para tokoh yang memiliki hampir segalanya dibandingkan dengannya? Dalam jajak pendapat awal kampanye dari delapan calon presiden yang bersaing, Akbar Hasyemi Rafsanjani, Ali Larijani, Ahmadinejad, Mehdi Karrubi, Mohammed Bhager Galibaf, Mohsen Meharalizadeh, Mohsen Rezai, dan Mostafa Min, popularitas Ahmadinejad paling buncit. Pada masa kampanye ketika para kontestan mengorek sakunya dalam-dalam untuk menarik perhatian massa, Ahmadinejad bahkan tidak sanggup untuk mencetak foto-foto dan atributnya sebagai calon presiden. Sebagai walikota ia menyumbangkan semua gajinya dan hidup dengan gajinya sebagai dosen. Ia tidak mampu untuk mengeluarkan uang sepeser pun untuk kampanye! Sebaliknya ia justru menghantam para calon presiden yang menggunakan dana ratusan milyar untuk berkampanye atau yang bagi-bagi uang untuk menarik simpati rakyat. Pada pemilu putaran pertama keanehan terjadi, Nama Ahmadinejad menyodok ke tempat ketiga. Di atasnya dua dedengkot politik yang jauh lebih senior di atasnya, Akbar Hashemi Rafsanjani dan Mahdi Karrubi. Rafsanjani tetap menjadi favorit untuk memenangi pemilu ini mengingat reputasi dan ketangguhan mesin politiknya. Tapi rakyat Iran punya rencana dan harapan lain, Ahmadinejad memenangi pemilu dengan 61 % sedangkan Rafsanjani hanya 35%. Logika real politik dibuat jungkir balik olehnya. Ahmadinejad memang penuh dengan kontroversi. Ia presiden yang tidak berasal dari mullah yang selama puluhan tahun telah mendominasi hampir semua pos kekuasaan di Iran, status quo yang sangat dominan. Ia juga bukan berasal dari elit yang dekat dengan kekuasaan, tidak memiliki track-record sebagai politisi, dan hanya memiliki modal asketisme, yang untuk standar Iran pun sudah menyolok. Ia seorang revolusioner sejati sebagaimana halnya dengan Imam Khomeini dengan kedahsyatan aura yang berbeda. Jika Imam Khomeini tampil mistis dan sufistis, Ahmadinejad justru tampil sangat merakyat, mudah dijangkau siapapun, mudah dipahami dan diteladani. Ia adalah sosok Khomeini yang jauh lebih mudah untuk dipahami dan diteladani. Ia adalah figur idola dalam kehidupan nyata. Baru-baru ini dia baru saja mempunyai hajatan besar yaitu Menikahkan Puteranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini hanya layaknya pernikahan kaum Buruh. Makanan mewahnya berupa buah pisang, jeruk, melon. Bandingkan dengan dana 3 M yang dihabiskan untuk biaya pernikahan putra presiden republik yang penuh “nestapa” ini?... Ah, betapa bangganya rakyat Iran (bahkan seharusnya semua umat muslim tanpa memandang golongan) memiliki pemimpin seperti ini, sosok figur langka di dunia nyata yang serba hedonis. Sekali lagi, bandingkan dengan pemimpin-pemimpin di negeri ini bahkan seorang kepala desa/lurah pun mungkin tidak ada yang seperti beliau. Entah kapan muncul “Ahmadinejad-ahmadinejad” lainnya di negeri ini?... 

sumber: http://dorokdoc.blogspot.com , http://en.wikipedia.org, http://10511183.blog.unikom.ac.id, pesantrenbudaya.blogspot.com, ibnumasigafiles.blogspot.com

Minggu, 13 Januari 2013

Contoh File Bahan DUPAK (Daftar Usulan Kenaikan Pangkat)


Salam... Kali ini saya ingin membagikan beberapa file yang mungkin blogger butuhkan khususnya para PNS yaitu file2 yang berkenaan dengan persyaratan pengurusan DUPAK (Daftar Usulan Kenaikan Pangkat)untuk PNS. Mungkin file2 yang ada belum sepenuhnya lengkap karena biasanya untuk mengurus kenaikan pangkat bahan yang diperlukan sangat tebal tapi paling tidak mudah2an file2 berikut bisa membantu. Untuk download silahkan KLIK beberapa file dibawah ini: Daftar Pengusulan Angka KreditDOWNLOAD Lampiran-lampiranDOWNLOAD SK MOSDOWNLOAD Surat Pengantar PengawasDOWNLOAD Surat Pernyataan Belajar MengajarDOWNLOAD Pembatas HalamanDOWNLOAD Lampiran Angka KreditDOWNLOAD SK OSISDOWNLOAD Surat Pengantar UPTDDOWNLOAD Semoga Bermanfaat. Salam...

Rabu, 09 Januari 2013

Khutbah Jumat: Berbuat Baik kepada Orang Tua


Rasulullah bersabda: "Dari Usaid bin Ali bin Ubaid dari ayahnya, sesungguhnya ia (ayahnya) pernah mendengar Abu Usaid berkata kepada orang banyak: “Kami pernah bersama Nabi saw, kemudian ada sorang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah saya masih dapat berbakti kepada ibu bapakku sepeninggal mereka? ‘Beliau bersabda “Ya, ada empat macam: mendoakan keduanya, memintakan ampun keduanya, memenuhi janji keduanya, serta memuliakan teman-teman keduanya dan menyambung tali silaturahmi yang menyebabkan kamu bersilaturahmi karena rintisan mereka sebelumnya," (HR. Bukhari). Hadist diatas adalah penggalan inti khutbah Jumat kita untuk Shalat Jumat besok. lebih lengkap silahkan klik dibawah ini: Download Button

Minggu, 06 Januari 2013

Mencari Sosok Gubernur/Bupati Ideal


Mencari Sosok Bupati Ideal
Oleh: A. Rahman Masiga
Amirul Mukminin Umar bin Khattab pernah menangis selama satu pekan mendengar laporan dari masyarakatnya bahwa ditemukan seekor kambing mati di sungai yang masih berada di wilayah kekuasaannya sebagai khalifah ke-2  zaman khulafaurrasyidin. Pada kesempatan lain pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab juga. Amru bin Ash pernah menolak tawaran dari Umar untuk menjadi gubernur Mesir yang merupakan wilayah kekuasaan Islam pada waktu itu karena khawatir tidak dapat memikul amanah yang sangat berat sebagai pemimpin. Sahabat Rasulullah yang juga terkenal sebagai bisnisman kaya raya Abdurrahman bin ‘Auf juga pernah membuang kesempatan “emas” untuk menggantikan Umar bin Khattab menjadi khalifah yang ke-3 sehingga kemudian majelis yang dibentuk oleh Umar ra. Sepakat menunjuk Usman bin Affan sebagai pengganti Umar ra. Mungkin kita juga pernah mendengar mantan Perdana Menteri Jepang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pertanggungjawaban moral kepada publik  Jepang karena terjadi konflik internal di partainya. Dan tak kalah menarik salah seorang pejabat Negara di Eropa mengundurkan diri dari jabatannya hanya karena melanggar peraturan lalu lintas.
Itu semuanya sekelumit kisah menarik dan penuh makna yang perlu kita cermati dan pelajari. Hal ini merupakan salah satu dari banyak kisah dan cerita pemimpin yang memiliki mental, jiwa dan moral kepemimpinan. Semasa hidup orang-orang tidak akan memngingat apa yang kita lakukan untuk diri kita, tetapi orang akan mengingat apa yang kita lakukan pada orang lain, mereka menjadi pewaris dari karya-karya yang telah kita lakukan sepanjang hidup. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki capaian besar yakni prestasi cemerlang untuk rakyatnya bukan bangga dengan apa yang telah diraihnya untuk diri mereka sendiri namun dikarenakan apa yang telah diberikan untuk rakyatnya.
Rakyat akan bangga memiliki pemimpin dengan gelar akademis yang bagus, kemampuan pengetahuan agama yang baik, fasilitas serba lengkap serta bangga dengan pemimpin hidupnya memiliki makna tatkala menjabat sebagai pemimpin. Tetapi masyarakat akan lebih bangga dengan pemimpin yang membuat mereka (masyarakat) memiliki gelar akademis yang dapat memberi manfaat, mendorong kehidupan keber-agama-an lebih mewarnai keseharian masyarakat, dan menjadikan mereka memiliki fasilitas hidup yang cukup dan menjadikan hidup mereka semakin bermakna. Pemimpin harus tahu posisinya dimata rakyatnya. Pemimpin adalah pelayan bukan untuk dilayani. Pemimpin sebagai tempat acuan dan tunjuk ajar serta tempat menyelesaikan masalah secara strategis bukan sebagai sumber masalah.
Kisah Umar bin Khattab dan beberapa pemimpin diatas merupakan sikap dan mental  juga moral penguasa yang ingin memberikan makna kepada yang dipimpinnya. Makna disini adalah warisan manfaat yang ditinggalkan oleh pemimpin kepada rakyatnya.
Nah, apa jadinya sebuah negeri jika pemimpinnya tak mampu mewariskan makna itu kepada rakyatnya?. Alamat centang perenanglah negeri ini kalau lah amanah sudah disalahgunakan. Waktu yang telah diberikan bukan untuk menyenangkan rakyat tapi ternyata hanya menyenangkan orang-orang terdekat. Oleh karena itu pemimpin yang menjadi guru dan tauladanlah yang harus menjadi pemimpin kita kedepan, pemimpin yang benar-benar memiliki komitmen dan kesungguhan yang tinggi untuk memimpin kita. Ini bisa dilihat dengan keikhlasan dalam memimpin yakni semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT. Seperti menerima kritik dengan senang hati bahkan selalu ingin dikritik.
Dalam riwayat, Umar al Faruk pernah pergi ke sahabatnya hanya untuk minta kritik. Tapi, beliau lalu marah-marah karena sahabatnya tidak menemukan kekurangan dalam diri Umar. Pemimpin kita hari ini tak usahlah menuju orang untuk dikritik. Tetap di rumah dan di kantor saja sudah banyak yang datang untuk mengkritik. Lalu bagaimana kritik ini menjadi suatu harapan dan santapan yang enak untuk membangun kepribadian dan mental pemimpin.
Seorang pemimpin harus mengerti tugas dan hakikat menjadi pemimpin. Pemimpin tugasnya untuk mengangkat derajat dan martabat masyarakatnya bukan sebaliknya. Pemimpin harus berprinsip apa yang diberikan bukan apa yang harus didapatkan. Pemimpin juga harus siap menderita dengan segala konsekwensinya dicaci, dihina dan dibenci demi menjalankan kebenaran. Bukankah kata orang bijak bahwa jalan pemimpin adalah jalan derita?...  Mari kita lihat sejarah manusia yang paling berpengaruh di dunia ini yaitu Nabi Muhammad SAW pernah mendapat cacian dan hinaan dari masyarakat bahkan pernah dilempar batu, beliau tidak merasa capek, kecewa atau berhenti dari aktifitasnya dan yang lebih luar biasanya. Beliau tidak memiliki dendam dengan para musuhnya. Sebuah logika kepemimpinan, pemimpin yang membangun masyarakatnya berangkat dari kondisi yang serba sulit dibawah tekanan serta kritikan orang akan menghiasi kepemimpinan yang kokoh secara prinsip.
Kita tidak terlalu berharap untuk pemimpin Inhil/Riau kedepan adalah orang-orang yang memiliki kualitas dan kualifikasi seperti pemimpin-pemimpin besar yang pernah ada. Tetapi kita juga tidak ingin memiliki pemimpin yang kualits dan kualifikasinya jauh dari apa yang diharapkan. Kita pasti berharap pemimpin nanti adalah individu yang memilki kepekaan social tinggi dengan masyarakatnya. Kriterianya, pertama, tidak menghamburkan uang dengan agenda-agenda seremonial yang menelan anggaran cukup besar dengan mengabaikan sector lain yang lebih penting seperti pembangunan ekonomi dan pendidikan. Kedua, tidak menganggarkan fasilitas yang berlebihan kepada pejabat dibandingkan apa yang telah didapatkan oleh masyarakat dengan kemiskinan, seperti kehidupan para pejabat yang penuh fasilitas berbeda jauh dengan masyarakat yang seharusnya lebih pantas  untuk menikmati hasil daerah dibandingkan para pejabat daerah.Ketiga, lebih sering turun kebawah dari pada bertandang keatas, karena tidak meratanya pembangunan Riau/Inhil pada hari ini dikarenakan ketidakadilan pembangunan. Wajar kalau hari ini wacana pemekaran kabupaten merupakan gejolak-gejolak yang senantiasa ada.
Tentu menjadi harapan kita pemimpin yang berhasil dalam memimpin memberikan warisan manfaat kepada masyarakat pada ujung kehidupannya tidak mengalami nasib tragis, dihina, dihujat dan sebagainya. Orang sangat mudah melupakan kebaikan kita, kebaikan yang dibina selama bertahun-tahun selama memimpin menjadi sirna dengan satu tindakan kita yang menyakitkan masyarakat. Ibarat susu sebelanga rusak karena nila setitik. Semasa Berjaya kita dielu-elukan dengan tari sekapur sirih, kompang dan tepuk tepung tawar, silat dan persembahan lainnya.
Namun tatkala kita jatuh, semua orang berusaha mengungkit kesalahan kita. Banyak pejabat kalau sudah jadi mantan selalu penjara menjadi tempat singgahnya. Makanya banyak yang takut jadi mantan (kira-kira begitu). Bak pepatah modern, “di Eropa masuk penjara dulu baru jadi pemimpin. Di Indonesia pemimpin dulu baru masuk penjara.”
Semoga itu semua menjadi cerminan ke depan bagi pemimpin kita (termasuk  juga bagi mereka yang ingin memilih pemimpin). Pemimpin yang memiliki mental dan moral kepemimpinan bermula dari keberhasilan memimpin dirinya untuk senantiasa terhindar dari malapetaka akibat dosa dan maksiat kepada Allah SWT. Karena kepribadian yang bersih akan memberi nilai kepada yang dipimpinnya. Mungkin terlalu ideal untuk standar pemimpin Inhil bahkan Riau ke depan, tetapi  tidak ada salahnya kita mengambil  pelajaran dan hikmah  terhadap pemimpin dari kisah-kisah terdahulu.

Jumat, 04 Januari 2013

Proposal Seminar dan Workshop Pendidikan


Salam... Malam ini saya ingin membagikan contoh proposal seminar pendidikan yang pernah saya laksanakan di Riau. Seminar yang dilaksanakan oleh lembaga scolae foundation bekerja sama dengan Dewan Pendidikan Kabupaten Indragiri Hilir Riau juga menggelar Workshop Komputerisasi Administrasi Pendidikan yang bekerjasama dengan Prima Media Malang. Proposal ini saya lengkapi dengan estimasi biaya. Silahkan klik dibawah ini untuk mendownload. Cover Proposal KLIK disiniDOWNLOAD Proposal Seminar KLIK disiniDOWNLOAD Anggaran Biaya KLIK disiniDOWNLOAD