Salam...

Kamis, 02 Mei 2013

Khutbah Jumat: Keteladanan Abu Bakar Ash Siuddiq


KETELADANAN ABUBAKAR ASH-SIDDIQ ( A.Rahman Masiga ) “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisa ; 58). Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Kini kita telah berada dalam bulan Rabiul Awwal bulan dimana kita melaksanakan Peringatan Maulid Nabi untuk menapaktilasi perjuangan Rasulullah saw. sebagai wujud kecintaan kita terhadap beliau. Rasulullah adalah manusia pilihan, tidak ada lagi mahluk yang diciptakan Allah semulia dan seagung beliau. Dalam perjuangannya menegakkan agama Allah dimuka bumi, Nabiyullah Muhammad saw juga ditemani sekumpulan manusia-manusia mulia yang menjadi karunia tersendiri bagi beliau dan juga bagi kaum muslimin sesudahnya yaitu sahabat-sahabat beliau yang sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Salah satu sahabat beliau yang sangat akrab ditelinga kita yaitu Abubakar Ash-shiddiq. Abubakar ra. adalah manusia paling mulia setelah Rasulullah saw. Mengingat Rasulullah selayaknya juga mengingat sahabat-sahabat beliau. Oleh karena itu, pada kesempatan ini khatib akan memaparkan beberapa catatan penting tentang Abu Bakar ra. yang patut diteladani oleh segenap kaum muslimin. Jamaah Jumat rahimakumullah Beberapa catatan penting tentang Abubakar ra yang patut kita teladani adalah sebagai berikut: 1. Sikap Abu Bakar terhadap berita wafatnya Rasulullah Sewaktu berita wafat Rasulullah tersiar di kota Madinah timbul kegelisahan yang hebat dikalangan umat Islam. Terlebih bagi sahabat Nabi, Umar bin Khattab, yang terkenal bertempramen keras, ia menganggap berita itu sebagai provokasi dari pihak musuh Islam yang ingin mengacau dan membuat keonaran. Dengan pedang terhunus ditangan, ia berdiri diruang depan masjid Nabawi, mengancam siapapun yang berani menyebarkan berita wafatnya Nabi akan ia bunuh. Lain halnya dengan sikap Abu Bakar Ash-Shddiq. Ia segera pergi ke rumah Aisyah tempat Nabi dirawat dan langsung menuju kamar tempat jenazah Nabi dibaringkan, dan setelah menyaksikan bahwa beliau benar-benar telah tiada, ia mencium kening Nabi, melepaskan rasa sedihnya yang dalam seraya berkata: “Oh, alangkah harumnya jasadmu wahai Nabi, baik ketika engkau masih hidup ataupun setelah engkau wafat”. Kemudian Abu Bakar kembali ke ruang mesjid Nabawi dan menyampaikan berita tentang wafatnya Nabi tanpa menghiraukan Umar bin Khattab yang berdiri sambil menghunus pedang. Abu Bakar berpidato: “Wahai kaum muslimin, dengarlah oleh kamu sekalian. Barangsiapa menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah wafat. Dan barangsiapa menyembah Allah, maka ketahuilah bahwa Allah itu kekal abadi tak mengalami kematian”. Kemudian Abu Bakar membacakan ayat Al Quran: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali Imran : 144). Ketika Umar bin Khattab mendengar ayat yang dibacakan oleh Abubakar, ia sadar bahwa Rasulullah yang sangat dicintainya itu telah wafat. Umar menangis sedih, menyesali dirinya. 2. Proses terpilihnya Abubakar menjadi khalifah Setelah Rasulullah wafat, sejarah Muslim memasuki fase khulafa Rasyidin yang berlangsung selama satu generasi. Secara berturut-turut sahabat terbaik Nabi memegang tampuk pemerintahan sebagai kepala negara yakni Abubakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Walaupun dalam penggantian khalifah tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya tidak sama tapi pada prinsipnya, pola yang dianut cenderung sama. Kepala Negara, baru sah memangku jabatannya setelah mendapat bai’at dari rakyat. Unsur pemberian kepercayaan dari rakyat justru sangat vital dalam kaitannya dengan pengukuhan jabatan. Abubakar sendiri, memangku jabatan khalifah berdasarkan pemilihan yang berrlangsung di Muktamar Saqifah Bani Sa’idah. Muktamar ini oleh kalangan ahli sejarah dinilai berlangsung sangat demokratis dan memenuhi tata cara perundingan yang dikenal oleh dunia modern saat ini. 3. Beberapa kelebihan Abubakar dari sahabat lain Beliau terpilih menjadi khalifah pertama karena kelebihan-kelebihannya, antara lain beliau adalah sahabat utama Rasulullah, dimana pada diri beliau terdapat semua persyaratan yang dikehendaki oleh semua pihak. Ia orang pertama yang memeluk Islam dari kalangan dewasa dan melalui dia beberapa tokoh lain ikut memeluk Islam. Abubakar pula yang mendampingi Rasulullah berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Ia juga mertua Nabi, dengan demikian Abubakar pun ada sangkut pautnya dengan ahlul-bait (keluarga dekat Nabi). Keagungan lain Abubakar yang sangat menonjol sebagaimana diterangkan oleh Dr. Mustafa As-Siba’iy dalam kitabnya ‘Udhama’una fit-Tarikh, adalah keimanan dan keyakinan kepada Allah dan Rasulnya yang kokoh, tiada bandingnya. Pengorbanannya, baik harta maupun jiwanya dalam menyiarkan dakwah Islam, menolong dan melindungi Nabi; Kecerdasan akalnya serta keteguhan dan ketegaran jiwanya dalam menghadapi setiap masalah besar muncul, terutama pada masa pemerintahannya. Antara lain ketika menghadapi kaum separatis dan kaum pembangkang, sikapnya tegas, mereka harus diperangi, sementara para sahabatnya keberatan. Dan yang terakhir, kebersihan dan kesucian pribadinya, sejak zaman jahiliyah tidak menyembah berhala dan tak pernah meminum-minuman keras, juga kethawadhuan dan kesederhanaan pola hidupnya meskipun beliau telah memangku jabatan sebagai khalifah, pimpinan tertinggi negara. 4. Peletak Dasar-dasar Negara Hukum Abubakar ra. Dipilih oleh rakyat dengan bebas, sukarela dan ikhlas. Ia menyadari bahwa kebenaran itu hanya dapat ditemukan dalam musyawarah yang bebas, yang didasarkan pada niat yang baik, dengan cara memperbandingkan dan menguji beberapa pendapat yang berlainan, dalam rangka mencari jalan untuk mendapatkan kebenaran. Setelah rakyat membai’atnya sebagai tanda resmi diangkat sebagai khalifah, Abubakar menyampaikan pidato yang sangat monumental. Ia antara lain berkata: “Jika aku bertindak baik dan benar maka dukung dan bantulah aku. Tetapi jika aku berbuat keliru dan salah maka tegur, perbaiki dan luruskanlah aku. Menegakkan kebenaran adalah suatu amanat, sedangkan melakukan kedustaan adalah tindakan khianat. Taatilah aku, selama aku menaati (ajaran) Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal aku tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka aku tidak berhak lagi untuk kamu taati”. Dengan perkataannya ini, Abubakar telah meletakkan dasar pemerintahan yang terbuka (open management). Dan, secara moril telah menggiring ketaatan rakyat kepada pemimpinnya selama pemimpin tersebut berada di jalur yang benar dalam arti menaati Allah dan Rasul-Nya. Benar atau salah tidak tergantung pada pendapat sepihak, baik yang berkuasa maupun rakyat yang menentang tapi dasarnya adalah hukum, yaitu tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Demikianlah Abubakar telah memberikan filosofi pemerintahan yang baik, demokratis, jujur dan adil, sesuai dengan tuntunan-tuntunan dan tata cara bernegara dan berpemerintahan yang Islami. Lebih jauh, Abubakar pun sesungguhnya telah menanam bibit-bibit hak asasi manusia (HAM) yang justru kini menjadi trend yang banyak didengung-dengungkan para aktivis kemanusiaan serta sangat banyak diidamkan oleh umat manusia untuk hudip dalam kebebasan dan kemerdekaan. Jika kita ingat bahwa Abubakar hidup pada abad ke-7 Masehi, maka berkat tuntunan dan ajaran Islam yang dianut dan diyakininya, ia telah mendahului bangsa-bangsa lain dalam penegakan hak-hak asasi manusia. Disini letaknya keluhuran dan keteladanan Abubakar yang telah meletakkan dasar yang sehat dalam pemerintahannya, sekaligus peletak dasar bagi negara modern. Tidak salah jika para sejarawan Barat, menempatkan Khalifah Abubakar ra sebagai The Great Statemen, seorang Negarawan Besar, berkat kebijaksanaannya dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Tidak ada komentar: